Kamis, 18 Agustus 2011

Mesin Waktu


Mesin waktu yang dirancang berpuluh-puluh tahun itu sudah mendekati sempurna. Dengan menggunakan teknologi ilmiah yang hampir tak dipahami semua orang, di tahun 2011 ini, Ia ingin melihat keadaan bumi 200 tahun mendatang.

Ruang berbentuk tabung 2 meter itu siap untuk dicoba. Hanya dia sendiri yang harus melakukan percobaan, ia pun mempersiapkan segala sesuatunya. Dan yang terpenting ialah dokumentasi untuk mengabadikan keadaan dimasa depan.

Mesin dinyalakan, tak selancar yang dikira. Mesin penghubung tabung itu bergetar. Terjadi goncangan, hingga membuat ia kehilangan kendali dan pingsan. Terjadi begitu cepat. Saat siuman, ia melepaskan alat-alat yang menempel ditubuhnya. Saat membuka pintu tabungnya itu, ia tercengang. Pandangan matanya berbeda dari tempat semula.

Ia amati sekelilingnya dengan keadaan masih linglung. Tak ada apapun, hanya ruang kosong yang membentang. Sinar pun demikian, sedikit petang. Dalam hati, ia telah berhasil menembus waktu. Ia tak peduli keadaan sekitar, yang terpenting mengambil video dan memfoto. Selepas itu kebingungan.

Mesin penghubung tabung itu tak ikut serta, yang artinya ia tak bisa kembali. Meski begitu, bumi telah luluh lantak akibat badai matahari dan menabrak rotasi planet Nibiru tepat pada 21 Desember 2012. Bumi yang ia kenal, sudah tak ada lagi, hanya bentangan daratan luas berdebu.

Garna Raditja

Senin, 15 Agustus 2011

Bangjo Tanpa Lampu Hijau


Boy, adalah seorang pembalap liar. Masih muda, baru berusia 18 tahun dan suka mencari jalan raya yang lengang untuk ditakluknya. Hidupnya penuh resiko dengan kebiasaaan mengendarainya yang mengancam nyawa, tapi baginya itu adalah biasa.

Suatu ketika, malam itu tampak ramai meski hari biasa. Ia melintasi bundaran Tugu Muda. Ia dengan sepeda motor RX Kingnya pun menderu debu-debu jalan, dan terhenti di Bangjo. Saat berhenti, penunjuk waktu bangjo menunjukkan 100 detik. Hal itu membuatnya harus menenangkan diri untuk sementara. Sambil melamun, ia mengamati pemakai jalan lain yang juga tampak tenang, hilir mudik kendaraan masih riuh. Ia sambil memeriksa ponselnya dan sesekali melihat stopwatch tersebut.

Waktu  masih menunjukkan angka detik ke 67. Padahal ia merasa sudah hampir 1 menit lebih. Tapi pemakai jalan yang lain sepertinya juga sedang menunggu dengan tenang.  Ia semakin kesal, mungkin hanya perasaannya. Sambil memandangi layar ponselnya, ia menengok lagi dan sekitarnya. Ia terperanjat, detik menunjukkan angka 89. Dengan kebingungan, mencoba untuk menerabas tetapi lalu lintas begitu padat.

Boy kemudian iseng bertanya pengendara disebelahnya. "Pak, penunjuk waktu itu tidak rusak kan? kok sepertinya lama ya, padahal ini sudah melewati 3 menit," tanyanya. Matanya memandang kosong sambil menjawab. "Tidak anak muda, angka awal 100 itu bukan menit, tapi tahun."

Bosan dengan keadaannya, ia pun nekat menerabas dengan kencang laju kendaraan laiknya seorang pembalap. Tiba-tiba ia terpaksa berhenti karena didepannya arus lalu lintas padat, ia terhenti lagi di bangjo yang sama.

Garna Raditja