Selasa, 17 September 2013

Anak Pohon

Setelah sekian lama, temannya diajak ke apartemen mewah, tempat ia tinggal yang dikelilingi lahan hijau. Sebuah tempat di pinggiran Ibukota yang mulai banyak dibangun gedung-gedung serupa. Bagi dirinya yang tak pernah merasakan serba mewah membuatnya kagum.

"Yuk, renang," kata Alfo mengajak sahabat karibnya, Bian, yang berasal dari keluarga pas-pasan itu menyambut riang. Apalagi dirinya jarang bisa renang.

Dikeriangan saat bermain itu, Bian seperti menyimpan sesuatu yang membuat Alfo bertanya-tanya dengan wajah gusarnya. Ia keluar dari air dengan tergesa-gesa.

"Kamu tahu, dulu dibawah bangunan ini apa?"

"Kuburan? Haha..kamu menakutiku." Jawab Alfo dengan santai.

"Bukan, tetapi keluarga pepohonan."

"Lalu kenapa?"

"Aku anak dari mereka."

Teman Tidur

Bangun selalu tepat pada terik matahari yang sedang menguning. Badan kepanasan dengan kipas angin yang terus menyala merupakan salah satu alasannya terbangun.

Belum minum air putih sejak haus sepanjang tidur, rokok justru menempel di bibirnya yang menghitam. Wajahnya, pengap, tak ubahnya seperti ruangan kosnya yang hanya cukup dengan lemari dan kasur tanpa ranjang.

"Ah, telat kuliah lagi. Kalau begini terus tak lulus-lulus."

Kebiasaannya saat malam begadang tanpa melakukan apa-apa mengancam siklus hidupnya. Ia lantas berpikir apa yang bisa dilakukan supaya segera mengantuk?

Ia membeli cermin panjang, diletakkan horisontal di dinding sebelah kasur. Sejak saat itu ia sering bangun pagi sambil mengucapkan salam dan tersenyum memandangi sebelahnya. Kini ia memiliki teman tidur yang membangunkan dirinya tiap pagi.