Minggu, 11 September 2011

Mayhem! (Jangan Beritahu Siapapun!)



Aku mengenal Jan sudah lama, dia adalah seorang gadis muda yang riang di kelasku. Kami sering bercanda, tak jarang canda kami melampaui batas, yang kutahu dari Jan bahwa hal itu telah membuat cemburu
“..aahh, siapa namanya aku sudah lupa”.
Dia adalah pacar Jan, dan aku benci itu, meskipun perasaan tidak suka itu hanya bisa aku pendam.

Suatu hari diruangan kelas, aku kembali bercanda dengan Jan, kali ini candaan kami sangat melampaui batas, kami tidak pernah melakukan ini sebelumnya.
Jan memegang erat tanganku, kemudian menancapkan dalam-dalam kuku di jari-jari tangannya, mencakar-cakar tangan dan tubuhku, aku berteriak ketakutan dan kesakitan, meminta pertolongan pada seisi kelas.
Tetapi seisi kelas hanya diam memandangi saja, aku baru menyadari ternyata aku tak mengenal satupun isi kelas, aku selama dua tahun dikelas ini hanya sibuk dgn Jan tanpa ada waktu sedikitpun untuk mengenal teman-temanku yang ada di kelas.

Aku masih meronta ronta mencoba membebaskan diri dari genggaman dan cakaran-cakaran Jan yang menyakitkan, darahku berleleran dari kuku-kuku jarinya.
Tiba-tiba aku teringat, aku masih menyimpan beberapa butir obat penenang di celanaku.
Kumasukkan paksa beberapa butir tersebut sekaligus ke mulut Jan. Ia hanya sempat mendengus, reaksi obat bekerja, ia mulai oleng dan melepaskan genggaman tangannya.

Pada saat yg bersamaan, entah dari mana datangnya, tiba-tiba salah satu gadis di kelas ini memukul kepala Jan dengan balok kayu, Jan limbung dan ambruk dengan kepala yang berdarah.
Entah kenapa aku senang dan puas.
Aku ingin mengucapkan terima kasih, akan tetapi pandangan mata seisi kelas tiba2 berubah membenciku, mereka menatap sinis, menuduhku telah memukul Jan.

Seisi kelas menudingkan tangannya ke arahku. Aku tak mungkin melakukannya. Aku tak mungkin setega itu terhadap Jan. Pandangan-pandangan mata itu menyalahkanku.

Tiba-tiba gadis yang tadi sudah berada di depanku, menunjuk ke tempat Jan roboh.
Tampak disana Jan mencoba bangkit, memuntahkan obat-obatan yang tadi kupaksa masuk ke mulutnya. Aku benar-benar merasa bersalah dan ketakutan kalau Jan sampai bangun. Dia pasti juga akan menuduhku seperti yang lain.

Aku berlari keluar ruangan kelas. Keadaan di luar semakin membingungkan, aku melihat banyak anak-anak kecil dengan pakaian-pakaian aneh berlari-larian. Salah satunya sibuk membawa dan membagikan jaring-jaring besar untuk menangkap kupu-kupu.

Perasaan bersalah membuatku mengintip ruangan kelas, mencari tahu keadaan Jan.
Kulihat dia masih tergolek dibawah meja, tak seorangpun menghiraukan.
Dan ketika pandangan mataku beralih ke arah kantin disamping kelas, kulihat kekasihku Ran masih duduk menungguku disana.Wajah dan postur tubuhnya sekilas mirip Jan, aku baru menyadari itu.

Teringat Jan yang mengamuk barusan, tiba-tiba aku disadarkan, ini adalah mayhem!
Kamu tidak bisa mengukur dan melihat kelemahan seseorang!

Kamu tidak tahu apa yg sesungguhnya terjadi!

Lalu aku berlari untuk menyelamatkan Ran kekasihku, aku berlari menuju ruangan kantin, yang secara tiba-tiba pula atau aku tidak pernah memperhatikan sebelumnya, ternyata pintunya sangat banyak.
Ku buka satu persatu, aku harus bisa menyelamatkan Ran tepat waktu sebelum Jan menemukannya.

Akhirnya kutemukan ruangan tempat tadi Ran kekasihku menunggu, tak lagi kudapati dia disana.
Hanya ada bekas muncratan darah di pintu yang menghubungkan kantin ini dengan ruangan kelas.
Kuperhatikan muncratan darah ini lebih seksama.

Bukan muncratan darah! lebih mirip getah bening… berceceran di daun pintu. aku bingung.. konspirasi macam apalagi ini? tiba-tiba suara dalam otakku bersorak menemukan jawaban…

Ah, ini adalah mayhem!
Ini adalah mayhem!
Tak seorangpun boleh tahu ketakutanku saat ini.

Jangan beritahu siapapun!
Jangan beritahu siapapun!


Tokoh Antagonist

Tidak ada komentar:

Posting Komentar