Kamis, 29 November 2012

Berkencan Makhluk Asing

Perempuan itu sodorkan gelas kepadaku. Di sebuah pesta malam, kami tidak sengaja berhimpitan di kerumunan para pesolek dan bergincu. Sementara kami milih mendekati kolam renang.

Drum n' bass berdegub kencang mulai sayup-sayup lantaran kami menjauh dan terlibat percakapan yang menyenangkan.

"Aku tidak suka keramaian, hanya memenuhi undangan teman saja. Kamu bersama?" Tanyaku dijawab topik lain, tetapi tetap bergulir. Pesta ini membiarkan orang asing saling kenal. Tapi, kami seperti sudah berteman bertahun-tahun. Dini hari, tepat gerhana bulan berakhir berotasi tampaknya ia bergelagat ingin pergi. Aku berusaha mempertahankan percakapan ini.

"Ada yang menunggu?"

"Iya, mungkin aku sekarang telat. Apa boleh buat?"

Ah, mungkin memang dia sudah berkeluarga. Atau bersama pasangannya di sudut rumah minimalis ini. Tampaknya ia tidak semuda itu. Aku mulai disergap beribu pertanyaan.

"Mungkin, tinggalkan nomor telponmu, semoga kita bisa bertemu atau email atau bisa tahu nama lengkapmu?" Harapku kian cemas. Tak kunjung dibalas jawaban.

Blazer hitam yang dipakainya kian tak terlihat, ia mundur pelan mengaba cium jauh dari tangan dan menghilang memasuki pintu. Sebuah cahaya kedap kedip dari kejauhan. Dia menaiki pesawat yang tertutup dedaunan. Itu terakhir aku melihatnya. Sepertinya dia memang makhluk asing.

@GarnaRaditya

Selasa, 20 November 2012

Gagal ke Luar Angkasa

Saat bangun aku teringat semalam ada yang menyusup ke kamarku. Tidak begitu jelas, dengan setengah sadar ada yang memandangku. Tapi tiba-tiba sosok itu hilang seketika.

Aku mengira itu mungkin hanya sisa mimpi yang sedang terjadi atau pencuri masuk. Tetapi, tidak ada barangku yang hilang. Tapi ah, rumahku terbilang aman untuk dimasuki penyusup. Lagipula aku masih belum sadar betul.
Aku tahu sedang sendirian saat itu. Seluruh keluargaku pergi liburan. Pikiranku kemana-mana, jangan-jangan hantu?

***

Pukul 02.35, sinar berkelebat diluar. Suara pesawat mendengung terdengar samar-samar, mahkluk itu masuk kamar. Gara-gara kejatuhan cicak, kaget lantas pergi mengurungkan niatnya, untuk menculik remaja yang sedang sendirian itu.


@GarnaRaditya

Sabtu, 03 November 2012

Menyuapi Kembang

Untuk makan malam dengannya, terkadang merepotkan. Tapi momentum bertemu merupakan kesempatan berharga, tidak sembarang waktu.

Aku harus mencari bahan makanan sesuai yang ia pinta. Maklum, dulu aku yang sering minta dimasakin. Masakannya selalu lezat. Kalau sudah begini, jadi terkenang saat dulu kencan terbatas karena jam malam, tapi kini bisa sampai larut.

Sepi dan gelap. Itu yang harus aku biasakan untuk saat ini. Hampir sama seperti dulu kalau kita tidak menyukai keramaian, lebih suka yang tempatnya tenang. Kali ini memang benar-benar sunyi senyap.

Sudah aku jalani ini sejak 2 tahun lalu. Aku menyuapinya kembang tujuh rupa dan membersihkan nisannya dengan air beras. Kadang, aku merasa...ahh...hanya kedinginan saja. Selebihnya, hanya ingin segera pulang setelah selesai semua.

@GarnaRaditya

Jumat, 26 Oktober 2012

Menikahi Cermin

Sebuah cermin yang cukup tua usianya tergantung di dinding rumah. Penghuni baru merasa beruntung dengan keberadaan benda berbentuk bulat itu. Antik, jarang ia temui sejauh melihat cermin yang ada.

Tidak ada bingkai atau ukiran, sebuah cermin lonjong sepanjang 1 meter. Setelah dibersihkan dari debu, wujudnya seperti baru. Ia pindahkan posisi di ruang tamu. Hanya itu yang tersisa di rumah yang telah lama tidak ditinggali. Untuk sebuah tempat tinggal, terlampau bersih yang membuatnya memilih rumah yang dekat dengan jalan raya, dikelilingi gedung perkantoran. 


Suatu ketika ia memandang cermin. Melihat dirinya ia sesekali merasa dirinya yang tampan, memiliki jabatan karier yang tinggi dan keberuntungan lainnya. Ia merasa tenang saat melihat dirinya di cermin.


Undangan ia sebarkan. Pernikahannya yang sederhana itu menggembirakan kerabat dan keluarganya meski tidak tahu persis siapa pasangannya. Hanya sebuah nama tertera di undangan. Para tamu datang dengan penuh tanda tanya. Seperti sebuah helatan makan malam, pikir mereka. Ia muncul ditengah meja panjang sambil tersenyum mendekap cermin. 


"Perkenalkan, ini istri saya". 


Ia pandang cermin itu sambil tersenyum, melihat dirinya yang tampan itu sebagai mempelai.


@GarnaRaditya

Terpasung Mimpi


Ada suara berderik, tiap jendela di kamar terkena angin. Biasanya memang aku buka untuk sirkulasi udara. Kalau sudah terdengar terus-terusan, serasa ada yang mengajak bicara. Aku ucapkan selamat pagi kepada suara itu.

Sudah sore, tidak ada angin tidak ada suara jendela. Gerimis yang membasahi tanaman diluar, menandakan aku harus menutup jendela supaya air tidak memasuki ruang. Listrik mati, aku hanya rebahan di tanah lembab sambil memandangi tetesan yang bergulir di kaca jendela. Aku tertidur lagi.

Gelap, listrik untuk satu bohlam didalam tak kunjung menyala. Hanya hawa sejuk pascahujan menyelimuti. Suara derik jendela itu terdengar, sekali dua kali, dan seterusnya. Itu suara merdu bagiku.

Melihat ke atap, kadang aku melihat bintang dan bulan. Cerah sekali. Seperti aku berada rimbunan pohon, tapi nyatanya aku diatas pasir pantai, dengan terdengar ombak yang menggulung. Aku tertidur lagi, bangun dipuncak atap gedung, dan tidur lagi berharap kerangkeng di kakiku mengarat dan melepaskan aku.

@GarnaRaditya

Rabu, 26 September 2012

Menanam Rambut


Tiap kali sudah panjang, rasanya gerah apalagi pada musim kemarau ini. Rambutnya yang tergerai dengan indah itu akan dipotongnya, apalagi ia juga ingin merasakan suasana baru, yang kata orang, mendapatkan kesegaran dalam penampilan dan beraktivitas.

Namun kadang, ia masih ragu dengan rencana pemotongan rambutnya. Sudah dipelihara sekitar 5 tahun lalu. Rajin dirawat, bahkan tak sedikit pria tercuri perhatiannya.

Sore, ia menggemburkan tanah di pekarangan. Seorang tetangga yang selalu menjadi rekan tukar pikiran dalam hal tanaman itu penasaran.

"Wah, rambur baru, cantik! Sepertinya tanamannya juga nih?" Tanya tetangga.

"Aku sedang menanam rambutku. Kalau sudah panjang kan bermanfaat jika ada yang membutuhkan. Daripada mereka membuat takut banyak orang dengan rambut yang acak-acakan."

@GarnaRaditya

Rabu, 09 Mei 2012

Pemburu Tawa


Sejak pertama kali Santi mengetahui ayahnya menikah lagi, gadis itu berhenti tertawa. Otot bibirnya menegang dan seringkali ia merasakan nyeri. Gadis itu kemudian memutuskan untuk memburu tawa dimanapun ia berada.

Night club menjadi teman malamnya, disana banyak sekali orang tertawa, tapi bukan dia. Acara komedi di televisi ia tongkrongi, penonton tertawa menjadi-jadi, tapi bukan Santi. Berbagai tempat lain-pun ia sambangi, tapi hausnya akan tawa seolah tak pernah terobati.

Hingga di suatu hari, tepat pada ulang tahunnya di bulan Mei, sebuah mobil putih menjadi hadiah terindah bagi Santi. Mobil itu mengantarkannya ke sebuah tempat dimana ia menemukan kembali tawanya, tempat dimana tawanya menyatu dengan tawa lepas lainnya. Gerbang tempat itu bertuliskan ‘Rumah Sakit Jiwa’.

Devi Hermasari

Kamis, 03 Mei 2012

Pengagum Senja


Sudah lama aku tidak keluar dari tempat ini. Sesekali melihat diluar sana tampak terang sekali meski malam hari. Terlebih lagi pagi maupun siang, sinarnya menyakitkan.

Sesekali mengintip dari lubang kecil sebuah jendela. Entah kenapa sinar matahari hanya saat sore tak begitu silau. Malahan, aku ingin keluar untuk menikmati barang sejenak keindahan senja.

Pukul 17.20 aku nekat keluar sambil tertatih. Belum lima langkah, aku sudah lemas. Sengaja menahan diri menghentikan perilakuku ini. Tubuhku mengering, terpaksa darah ku isap sendiri. Sebelum menutup mata, aku berhasil melihat matahari tenggelam untuk terakhir kalinya, demikian juga aku berhenti memangsa manusia.

 

Selasa, 07 Februari 2012

Kematian Pers


Lowongan kerja wartawan dibuka dimana-mana menjelang 2014. Iklan digencarkan untuk memenuhi pekerja perusahaan yang akan dibangun. Syaratnya, siapun yang membutuhkan uang.

Pemimpin redaksi telah dipersiapkan hingga redaktur pelaksana untuk mulai menyelenggarakan agenda liputan harian.

Tak ada lagi memasang poster, umbul-umbul atau melalui selebaran. Pencitraan mulai dibangun melalui konvergensi teknologi.

Dalam sebuah pertemuan, pejabat mencairkan aliran dana. Kongsi kepada perusahaan koran, online, radio hingga televisi. Semua partai politik mendirikan perusahaan media sendiri.


Iblis Kehilangan Tanduk


Pria itu menangis lagi di sudut kamarnya, meski insiden yang menimpa dirinya sudah cukup lama berlalu. Ia masih belum rela kehilangan sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya.

Masih tergambar jelas di benaknya bagaimana ormas fasis itu mendatanginya sekitar setahun lalu, mengintimidasinya, hingga akhirnya berbuat keras padanya hanya lantaran ia mengaku sebagai penggemar Iron Maiden, band heavy metal legendaris dari Inggris. Ketika dipaksa untuk mengamini bahwa band kesukaannya itu beraliran sesat, pria itu menolak yang berakibat pada terjadinya hal terburuk yang tidak pernah ia bayangkan.

Delapan jari dari kedua tangannya yang ia punya, dipotong dengan golok. Dan hanya menyisakan dua jari telunjuknya saja.

Pria itu menangis di sudut kamarnya setiap hari sejak hari naas itu. Tidak rela karena tidak bisa lagi mengacungkan devil horns. Selamanya.

@RamaWirawan

Rabu, 01 Februari 2012

Sang Biduan Populer Mendadak


Biduan cantik itu sudah terkenal. Dari yang sebelumnya hanya dikenal di Ciamis, kini wajahnya rajin menghiasi layar televisi. Selain suaranya memang indah, kemampuannya berinteraksi dengan alam gaib
membuat sang biduan lekas menyedot perhatian masyarakat yang mayoritas menggemari klenik.

Hampir setahun ia wara-wiri di layar kaca. Masyarakat belum jenuh. Perolehan rating setiap program acara yang mengundangnya masih membuatpara produser sumringah. Namun, ada hal janggal belakangan ini. Pertama, sang biduan yang diawal selalu mengenakan gaun, kini memakai jaket supertebal layaknya hendak naik gunung. Kedua, ia tidak pernah mau lagi tampil secara
live.

Beredar kabar di kalangan pewarta, belakangan sang biduan sering kabur ke toilet di tengah syuting. Dan itu sesuatu yang tidak bisa dicegah. Jika dipaksakan, tentu membuat sebuah acara siaran langsung terlihat
canggung.

Suatu hari, Twitter geger oleh sebuah trending topic yang menyoal hilangnya sang biduan. Topik tren itu dipicu tweet panik dan berlebihan seorang asisten produser sebuah program salah satu stasiun televisi yang kebingungan lantaran sang biduan tidak bisa dihubungi.

Hari demi hari berlalu, sang biduan tidak pernah terlihat lagi. Hingga suatu tengah malam, sebuah tautan berita muncul di Twitter: “Bayi Aneh Ditemukan di Ciamis.” Itu kampung halaman sang biduan; tempat jejak
kaki raksasa ditemukan beberapa waktu lalu.

@RamaWirawan

Sabtu, 07 Januari 2012

Dibina Binatang


Kerangkeng itu semakin penuh penghuninya. Tiap akhir pekan banyak dikunjungi warga untuk menonton. Ada pula keluarganya yang ingin menengok melihat keadaan kerabatnya disana.

Sejak diberlakukan penempatan hukuman penjara di kebun binatang, tindak korupsi semakin menurun. Agaknya, peraturan tersebut cukup membuat jera pelakunya. Upaya itu dilakukan setelah hukum konstitusional semakin lemah dengan aksi suap aparat hukum.

Para tahanan itu tinggal satu kerangkeng ditiap jenis hewan untuk dibina. Penempatan dilakukan secara acak, ada yang bersama buaya, monyet, burung hingga ular. Manusia dikembalikan lagi ke habitat aslinya.

Selasa, 03 Januari 2012

Selamat dari Badai Matahari


Sudah 1 tahun lebih ia mendekam di penjara atas dakwaan korupsi. Setelah melalui pemeriksaan intensif serta mengajukan banding, ia mendapatkan keringanan hukuman. Kini mempersiapkan untuk menghirup udara bebas.

Keinginan bertemu keluarga dan kerabatnya semakin besar. Ia telah  membendung rindu dan tak sabar untuk keluar dari sel tahanan. Mereka percaya bahwa dirinya tak pernah melakukan penggelapan dana banggar seperti apa yang dituduhkan.

Selama masih mempunyai harta, ia bisa melakukan apapun.

Barang-barangnya telah ia bawa, namun tak ada anggota keluarga yang menjemputnya, padahal ia telah mengabarkan jauh-jauh hari. Gerbang setinggi 5 meter penuh dengan pengamanan ketat itu pun terbuka. Pandangan matanya hanya melihat hamparan tanah yang kosong. Melihat kebelakang pun demikian.

Sejak bumi diterjang badai matahari beberapa waktu lalu, semua makhluk hidup menemui ajalnya. Ia selamat, sendiri.