Jumat, 28 Januari 2011

Uji Nyali pt. 2

Sapaan itu dibalas dengan suara lembut namun tegas. Sedikit terdengar kering namun seksi. Wanita jangkung rambut pendek itu sepintas seperti gemma artenton, namun dalam versi peranakan cina.

Obrolannya diawali hal basa-basi. 3 jam berlalu, tak terasa mereka akrab, bahkan berdiskusi tentang ajaran filsafat. Dari tao hingga post modern. Ia juga menyimpulkan dia adalah seorang Nietzschean. Sementara itu di ruang operator, mereka terus takjub dengan pesertanya yang berbicara sendiri, bahkan pembahasannya tergolong intelektuil.

Keasyikan obrolannya dari yang serius hingga ketawa-ketiwi tak terasa berlalu 5 jam sampai menandakan fajar menyingsing. "Aku pamit dulu ya, kita akan berjumpa lagi. Senang berbicara denganmu," ujar sang jin tersenyum seraya menghilang. Mereka terlihat seakan berat berpisah, sedangkan para kru mendatangi dan menyatakan dirinya berhasil dalam uji nyali.

Uang Rp 2 juta itu ditangannya. Teman-teman kampusnya menggapnya tindakannya gila, sedangkan yang lain juga menganggap pria itu semakin terlihat seksi. Tak pelak, bunga-bunga kampus satu persatu mendekatinya. Tapi, ia merindukan wanita jin itu.

Garna Raditja

Minggu, 23 Januari 2011

Uji Nyali pt.1

Pemuda itu sedang membutuhkan uang untuk membayar uang kuliahnya. Ia akan melakukan apa saja untuk bisa lulus yang direncanakan akan selesai satu semester lagi di jurusan filsafat. Di kampusnya ia mendengarkan pengumuman sebuah rumah produksi untuk sebuah tayangan reality show, yaitu duduk selama 5 jam di sebuah tempat yang angker. Jika bisa bertahan dengan tenggat waktu yang ditentukan, akan mendapatkan uang Rp 2 juta.

Hanya sedikit yang mendaftar, karena tempat itu adalah bangunan peninggalan Cina yang dihuni oleh makhluk halus perempuan yang mempunyai lidah sepanjang 2 meter. Keadaan yang menghimpitnya membuat untuk mendaftar tantangan uji nyali yang terkenal itu.

Kebetulan, ia sedang menguji keberadaan dimensi lain untuk menunjang skripsinya yang bertema menguak azab proto eksistensialisme dalam pemikiran jawa kuno. Ia pun mendaftar dengan penuh berani. Menurut teman sekampusnya, ia dikenal seorang pagan dengan buku-buku filsuf yang sekaligus seorang metalhead, tepatnya pendengar musik black metal akut.

Tengah malam tiba, para tim produksi sudah mempersiapkan pengambilan pembawa acara. Kini gilirannya memasuki rumah itu. Seperti biasa perkenalan dilakukan dan saatnya dia ditinggal sendiri.

Didekatnya ada guci dan perabotan rumah yang terselimuti debu. Meski konon pernah terdengar ada harta karun disitu, tak ada yang berani memasuki. Ia amati sekelilingnya, hanya gelap dan udara dingin yang menusuk. Tiap ada suara aneh ia tetap saja bersikap acuh, sedangkan pembawa acara dengan parapsikolog dan supranaturalis mengkomentari keadaan dengan sedemikian menakutkan. Pemuda itu tetap saja bersiul santai.

Di kegelapan itu, tiba-tiba datang seorang wanita cantik. Ia langsung berpikir, inilah jin penunggunya itu. Dengan santai ia menyapa mengajaknya untuk berbincang dan mengatakan hai. (bersambung)

Garna Raditja

Warung Kopi

Lelaki itu tak kunjung sampai di perbatasan Semarang, tujuan kepergiannya. Dengan mata lelah dan sayu ia terus kemudikan motornya yang buluk. Saat dalam perjalanan ia berpikir untuk mampir di sebuah warung kopi mengatasi rasa kantuk.

Saat memikirkan demikian, ia melihat sebuah warung di belantara alas yang dilewati. Sudah tengah malam, ia berpikir masih ada warung yang buka. Tanpa berpikir panjang, ia berhentikan motornya. Seorang lelaki, yang melayani tawarkan kopi."Ini adalah kopi kebahagiaan. Jika meminumnya kau teguk riang dan gembira", ujarnya.

Pria itu kebingungan."Yang penting aku bisa meneruskan perjalanan, hilangkan kantuk,"tegasnya. Pramusaji itu sajikan kopi, ia meminumnya dengan menyulut sebatang rokok kretek. Seusainya, ia lanjutkan perjalanan. Saat pagi tiba, ia terbangun masih di warung itu dan menjadi pramusaji yang memberikan kopi. Begitu seterusnya yang terjadi kepada orang lain jika ada yang mampir di warung tersebut.

Garna Raditja

Rabu, 19 Januari 2011

Hantu Piring pt.2

Dari kilatan tersebut keduanya dapat melihat agak jelas, pakaian wanita itu robek, dan punggungnya terdapat bekas luka dimana mana. Ketika hendak melangkah keduanya saling menoleh dan mengangguk untuk mendekati sosok misterius. Saat kurang satu meter dari wanita tersebut mang Kahar terkejut lantaran tubuh wanita itu penuh belatung diantara luka di tubuhnya. Sedangkan Usep seperti mematung ketika melihat pecahan piring yang menempel di wajah wanita itu.

Belum rasa takutnya hilang wanita itu tertawa keras memecah malam Jumat kliwon tampak jelas pecahan piring menempel dari kaki hingga wajahnya. Melihat pemandangan mengerikan mang Kahar dan Usep berusaha lari, namun langkahnya terhalang karena wanita yang diyakini jelmaan Winda ini melempar semua piring ke arah keduanya. Akibatnya keduanya langsung pingsan di tempat.

Esok harinya saat diketahui warga, kampung dempel rejo gempar atas kejadian yang menimpa 2 petugas ronda. Dari cerita yang berkembang wanita misterius itu diyakini gadis bernama Winda seorang pembantu di warung Bu Ijah. Winda tewas dianiaya oleh majikanya setelah dituduh mencuri piring.

Sebelum tewas Winda diperlakukan tidak manusiawi, tubuh keciBnya dicambuk sambil disuruh menghitung jumlah piring. Puncaknya bu ijah memukul dan melempar piring tersebut ke wajah Winda hingga sekarat dan tewas di tempat. Kejadian tragis itu sudah berlangsung 1 minggu dan bu ijahpun sudah ditahan oleh yang berwajib. Namun, hantu Winda masih sering menampakan diri dan menganggu penduduk Dempel Rejo.

Imam Rahmayadi

Petaka Sauna

Selepas melakukan aktivitas kerjanya, Ian seperti biasa pergi ke klab fitnes disebuah hotel. Sebelum memasuki sauna, Ian membasuh badannya supaya basah. Kebetulan ia sendiri di ruangan, tak ada orang lain yang masuk. Sembari menutup mata, ia sangat begitu menikmati peluhnya bercucuran.

Panasnya kali ini tak biasa, mungkin ada orang lain sebelumnya mengeset derajat celcius terlalu tinggi. Ia kembali menutup mata sembari membungkuk. Saat membuka mata, ia kaget setengah mati. Pintu ruangan itu menghilang. Ia mencoba mengucek matanya berkali-kali kemudian meraba-raba seluruh dinding sauna yang terbuat dari kayu itu.

Seraya berteriak minta tolong, dia berpikir mungkin hanya ilusi, tapi tiba-tiba lampu satu-satunya diruangan itu juga mati. Kepanikannya membuat ia semakin mengucurkan keringat yang semakin banyak, hingga membuat dehidrasi. Suaranya hampir habis karena malah memperburuk keadaannya. Terkapar, keadaan sunyi, tak ada yang mendengar hingga esok pagi.

Garna Raditja

Hantu Piring pt. 1

Suara burung gagak dan lolongan anjing hutan serta gemuruh angin disertai guntur menambah sempurna nya malam jum'at kliwon di kampung Dempel Rejo, Jawa Barat. Diujung kampung dua orang petugas ronda memukul kentongan 12 kali, pertanda waktu menunjukan pukul 00. Persis usai pukulan terakhir kentongan, mang Kahar dan Usep dikejutkan oleh suara perempuan di depan warung makan yang lama tak berpenghuni sejak peristiwa 1 minggu lalu.

"Siji (satu ), dua, tilu (tiga), opat (empat), lima, ganep (enam).....pyarrrrr...terdengar jelas suara barang pecah dan diikuti suara tangisan menyayat. Mendengar suara aneh tersebut mereka berusaha mencari asal suara yang membuat mereka penasaran.

Dengan menggunakan penerangan seadanya menembus kabut tebal ditengah rintik hujan. Mendekati warung milik Bu Ijah, keduanya dikejutkan oleh sosok wanita yang sedang mencuci piring sambil menghitung terus menerus disertai tangisan. Keduanya masih menebak siapa wanita misterius tersebut lantaran posisi nya membelakangi.

"Neng...Neng kenapa nangis," teriak mang Kahar dari jauh.."Neng kenapa piringnya dibanting," tambah Usep. Namun sosok wanita itu seolah tak menggubris keduanya, wanita yang diperkirakan berusia 18 tahun yang sibuk menghitung piring dan menangis. Saat keduanya hendak memanggil kembali mereka dikejutkan oleh suara petir yang menggelegar. (bersambung)

Imam Rahmayadi

Doa Burung Kepada Karang

Kembang api dan kemeriahan tahun baru telah berakhir. Berita mengabarkan, sejumlah burung dan ikan mati misterius secara massal. Warga mengira hal itu biasa, asalkan selama tidak merugikan manusia mereka merasa baik-baik saja .

Menurut ilmuwan diduga karena stres akibat dentuman secara intens. Para keluarga hewan itu sedih ditinggal sanak saudara. Salah satu bayi burung melintasi ribuan bangkai yang dipantai. Ia coba kenali satu persatu kerabatnya, jika bertemu ia ingin beri kecupan terakhir dan mengubur. Sayang, telah dibuang para penjaga pantai.

Ia terbang dengan air mata yang menetes. Kepak sayapnya terlunta karena hatinya lara. Tak tentu kemana pergi, ia hinggap disebuah karang terjal."Orang tuamu telah ke surga, kau tak usah merasa sepi. Aku akan merawatmu," tutur sang karang.

"Bagaimana bisa? Sedangkan aku tertinggal oleh kelompok. Tak ada yang menjadi panutan," tanya burung. Hari demi hari, sang burung beranjak dewasa dirawat karang dengan kebajikan. Suatu ketika sang karang berpesan.

"Aku tak bergerak, diterjang ombak ribuan tahun lamanya. Tapi aku selamatkan para manusia. Jika ada badai kuhalangi bahkan amukan tsunami. Aku dikaruniai bisa hentikan dan meminta hujan, tapi manusia hanya minta hentikan badai. Padahalaku suka hujan," tegasnya.

Sang burung tiba-tiba teringat tragedi masa lalunya."Kalau begitu aku minta hujan, bisa?"

"Bisa, apapun itu,"
"Baiklah, aku minta hujan batu, guyurkan seluruh tempat yang rayakan tahun baru," pintanya.

Garna Raditja

Hukuman Komputer

Keinginanku memiliki sebuah komputer, kini telah terwujud. Meski bekas, setidaknya masih dapat digunakan untuk mengetik hasil karya sastraku. Jika dibanding dengan teknologi saat ini, komputer yang baru aku beli di sebuah lelang barang bekas, tergolong komputer kuno. Hanya terdiri dari monitor berwarna putih busam, keyboard yang sudah tidak terlihat hurufnya, mouse optic yang nampak masih belum lama digunakan oleh pemilik pendahulunya, serta CPU dengan prosesor pentium 3. Spesifikasi itu sudah cukup lumayan untuk menemaniku dalam berkarya.

Menurut pengurus lelang, jika komputer itu tak bisa dinyalakan, uang akan dikembalikan. Rasa penasaran untuk mencoba, begitu menggebu. Komputer bekas itu sudah ku tata rapi di ruang kamarku. Namun aneh, ketika aku menghidupkan power CPU, bukan suara mesin yang mendengung, namun suara rintihan sendu yang terdengar begitu lirih. Aku tak mempedulikannya.

Rasa aneh muncul ketika monitor mulai menyala. Bbukan sebuah sistem operasi yang muncul, melainkan sebuah film yang langsung bercerita tentang penyiksaan seorang laki-laki terhadap wanita. Laki-laki tersebut terus mencambuki perempuan yang sudah berlumuran darah. Tak berhenti di situ saja, pria sadis itu menguliti hidup-hidup korbannya. Penyiksaan itu difilmkan langsung agar tersimpan di sebuah memory komputer, tak jauh dari tempat penyiksaan.

Tak lama, korban penyiksaan itu tewas kehabisan darah, dan pria itu tertawa dengan begitu puas. Anehnya si pria tiba-tiba menghilang dari film. Hanya terlihat mayat wanita yang sudah kehilangan seluruh kulitnya.
Dan seperti mimpi, tiba-tiba aku berada di dalam ruangan yang bukan kamarku lagi. Ruangan tersebut tak berbeda jauh dari tempat penyiksaan pada film yang aku lihat tadi. Berdiri pula pria yang menyiksa wanita secara sadis tadi di sampingku. ia hanya berkata "kamu lah korbanku berikutnya".

Dadangman Penghuni Surga

Senin, 03 Januari 2011

Dendam Sumiyati

Dengan sepeda onthel kesayangannya Parno bergegas pulang usai memijat langganannya di kawasan menoreh sampangan. Dirinya ingat pesan ibunya untuk segera pulang karena malam ini malam jum'at kliwon. Saat mengayuh sepedanya dan memasuki kampung pohon bambu itu tiba tiba tumbang di depannya, padahal cuaca malam ini begitu cerah dan banyak bintang. Parno yang mengendari sepeda onthel langsung berhenti mengamati pohon yang tumbang tersebut. 

"Ada yang gak beres nih ujar parno sambil mengeluarkan golok dari balik bajunya. "Eh jangan macam macam yaa," gertak parno dengan nada tinggi. Namun suara parno yang keras berubah pelan dan bergetar, ketika sekelebat bayangan putih berayunan diatas pohon bambu tersebut.."Hiiii hiiiii hiiii hiiii hiiiii hiiii", melihat penampakan hantu yg menjadi bahan perbincangan warga kalialang gunung pati. 

Hantu yang menyerupai sumiyati warga desa yang tewas dalam keadaan hamil ini,berubah menakutkan. Bagian perut nampak menganga dan berdarah, matanya melotot penuh dendam, sedang suara tangis berasal dari bayi yang selalu digendong di punggung. Melihat parno ketakutan makhluk tersebut semaikin tertawa keras memecah malam jum'at kliwon. Beruntung Parno dalam ketakutanya masih bisa lari menghindari teror kuntilanak. 

Dari cerita berkembang Sumiyati tewas dalam keadaan hamil, tubuhnya tergantung di pohon bambu, sedngkan perut nya berlobang dan janin bayi yang berusia 6 bulan juga ikut tewas terjerat usus hingga kini kematian sumiyati masih menjadi misteri se misteri penampakanya di setiap malam Jum'at Kliwon.

Mahakarya Kadek

Gery seorang wartawan surat kabar hendak meliput kegiatan Kadek, seorang seniman ukiran kayu terkenal di sebuah desa terpencil. Setelah melewati perjalanan jauh, Gery berhasil menemui Kadek. Kadek mengakui, Gery lah wartawan pertama yang meliput kegiatannya. Kemudian, Gery meminta Kadek untuk menunjukkan studionya dan beberapa karyanya untuk dipotret. Sebagian karya pahatan Kadek berbentuk patung manusia.  Semua detail pahatan kayu hasil karya Kadek begitu luar biasa mendekati aslinya.

Keesokan  harinya, sebelum Gery mencetak foto-foto hasil liputannya, dia hendak mengeditnya di komputer. Tapi dia tidak menemukan hasil jepretan pahatan kayu karya Kadek sedikitpun, tapi yang tertangkap oleh kamera hanyalah foto-foto tubuh manusia yang terbujur kaku dan berlumuran darah memenuhi studio Kadek.

Kulit-kulit mereka membusuk mengelupas tersayat-sayat oleh alat pemahat kayu yang tajam. Bola-bola mata mereka menyembul keluar dan mulut mereka menganga seolah meneriakkan sesuatu. Gery juga menemukan satu foto yang merekam gambar Kadek yang sedang asyik memahat kulit tubuh sesosok manusia yang  terlihat berusaha melepaskan diri dari siksaan Kadek. 

Demi Nyai

Penulis itu sudah berhari-hari resah. Mondar-mandir, menenggak alkohol dan kopi, tetap tak mengasilkan ide. Ia ingin membuat karya  yang terbaik sejak 20 tahun menekuni dunia sastra. Buku yang telah dia hasilkan fiksi tentang cinta dan cinta. Demi pasar, katanya.

Ia ingin sesuatu yang berbeda untuk buku berikutnya. Ia ingin mengalami sendiri, karena sebelumnya mengadaptasi dari cerita orang lain atau kisah teman. Memang, beberapa waktu lalu dia baru saja patah hati ditinggal kekasih. Hanya masalah sepele, dia menolak permintaan pacarnya untuk dibelikan hp blackberry.

Pisau dapur itu telah digenggam. Sementara tangan kanannya bersiap untuk mengetik. Ia torehkan pisau berkarat itu di kakinya. Sedikit demi sedikit darahnya mengucur, sementara itu ia tuliskan rasa sakitnya. Paragraf berikutnya selesai. Lantas ia potong kedua kaki. Saat darahnya muncrat tak terkendali, ia terus mengetik.

Mengerang kesakitan seraya menyayat tangan kanan dan menghunuskan ke ulu hati. Sebelum kehabisan darah, ia harus memutuskan kata terakhir. Sayang, ia tergeletak tak sadarkan diri dengan mata terbelalak. Puisi yang terakhir kali itu tak terselesaikan, yang berjudul "Demi Nyai, ku Rela Mati".

Garna Raditja

Sabtu, 01 Januari 2011

Kembang Api

Malam sebelum tahun baru. Rerintik hujan membasahi jalanan. Muda-mudi bersiap pergi tanpa rencana, yang penting bisa ketawa-ketiwi serasa esok tak pernah ada. Pekerja merapikan kembang api yang akan meletus di tengah malam. Dengan penuh harap, air hujan tak membasahi sumbu supaya warga senang dengan percikan api di bawah awan meski hanya akan habis pada belasan menit.

5,4,3,2,1...terompet pun berbunyi. Semua histeris menyambut tahun 2011. Para pemantik api berdoa, api yang berpijar memancarkan ceria dari para warga yang menyaksikan letusan penuh harapan.

Belasan menit berlalu. Semua terperangah dengan liuk api yang menari dan warna-warni. Terus meletus dan tak berhenti. Warga keheranan, kembang api tak mati-mati. Dua jam terlewati, tetap saja api mewarnai langit. Mereka ketakutan dan ingin segera pulang setelah menyaksikan keanehan.

Seluruh langit di muka bumi penuh asap. Kembang api terus berpijar dengan bunyi letusan yang menggelegar. Hingga tahun berganti sejak tahun ini, kembang api itu menyala tak berhenti.

Garna Raditja

Pria Kesepian

Sepulang kerja lembur, Rod bersiap untuk malam yang dinanti. Dia berencana untuk menghabiskan malam tahun baru sendiri di Simpang Lima. Pakaian perlente dan wangi, berharap dapat kenalan baru, pikirnya.

Seraya memakai sepatu Dr Martin, ia membayangkan penuh kembang api dan terumpet yang membahana dimana-mana. Pukul 23.00 ia sengaja berjalan untuk menuju keramaian yang tak jauh dari rumahnya.

Menyusuri gang dengan rintik hujan, kepalanya berteduh di topi pancing yang dikenakan. Tak ada orang di jalanan, sepi. Ia melanjutkan jalan kakinya hingga simpang lima. Senyap dan pikirannya semakin tak karuan.

Tepat pukul 00.00, suara kembang api memecah kesunyian. Terumpet memekakkan telinganya, namun dia semakin bingung karena tak ada siapapun di tengah kota itu. Sambil berlari ketakutan, ia terpeleset jatuh tak sadarkan diri.

Saat siuman di pagi hari, ia berada di tengah Simpang Lima. Melihat sampah-sampah bertebaran tetapi tetap tak terlihat satu orang sekalipun.


Garna Raditja