Sabtu, 23 Oktober 2010

Nyanyian Sinden di Ujung Tanjakan

Jarum jam di tangan Didik tepat menunjukan pukul 23.15, saat sepeda motor butut yang setia menemani selama ini mogok, tepat di tanjakan terakhir sebelum memasuki gerbang kampus Universitas Negri Semarang. "Sialan dasar motor butut, bensin habis lagi", ujar Ddik setengah berteriak sembari menendang ban motornya.

Disaat bersamaan Didik dikejutkan dengan suara tembang jawa, "Lingsir wengi" dan selintas ada sekelebat bayangan wanita muda lengkap dengan kebaya duduk bersimpuh di jalan. Didik yang mellihat pemandangan langka ini langsung berusaha mendekati, namun niat itu langsung berubah saat wanita itu menoleh.

Separoh wajahnya hampir saja tidak berbentuk, bola matanya menonjol keluar, dan yang lebih membuat didik langsung lari terbirit birit adalah wajah yang rusak itu penuh belatung. Suara tembang jawa itu semakin keras, bersamaan larinya Didit yang tak tentu arah...hiiiii hiii hiii hiiii hiiiii...

Lingsir wengi sliramu tumeking sirno…
Ojo tangi nggonmu guling…
Awas jo ngetoro…
Aku lagi bang wingo wingo…
Jin setan kang tak utusi…
Dadyo sebarang…


Menurut cerita yang tersebar di masyarakat sekitar mempercayai wanita muda yang sering melantunkan tembang ini adalah seorang sinden. Wanita itu tewas terlindas mobil karena jatuh dari boncengan sepeda motor ketika mengejar waktu di sebuah perhelatan wayang kulit. Wanita yang diketahui bernama Sukini adalah seorang sinden dan menjadi primadona setiap pagelaran wayang kulit. Masyarakat sekitar pun hingga sekarang masih percaya bahwa arwah Sukini masih sering menampakan di sekitar jalan raya Sekaran.

Imam Rahmayadi

1 komentar:

  1. huwaaaaaaaaa!!!!!asem ik!!!medeni tenan...deskripsine wajahe serem!!mas imam top markotop lahh..:))*pinjem alat e MIB biar g inget cerita ini!BLASSZTTT*

    BalasHapus